Terlambat Bicara dan Gangguan Fisik Mental, Kenali Okupasi Terapi

JawaPos.com – Sebagian orang tua dititipi anak yang spesial dan membutuhkan penanganan khusus. Salah satunya adalah keterlambatan bicara hingga mengalami keterlambatan pertumbuhan, mental, dan fisik. Mereka membutuhkan penanganan terapis yang khusus salah satunya terapi okupasi dan terapi bicara.

Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mendorong pengembangan okupasi terapi dan terapi wicara. Sebetulnya, apa peran okupasi terapi dan wicara?

Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien dengan gangguan fisik dan atau mental yang bersifat sementara atau menetap. Dalam praktiknya, okupasi terapi menggunakan aktivitas terapeutik untuk meningkatkan komponen kinerja okupasional (sensomotorik, persepsi, kognitif, sosial dan spiritual) dalam area kinerja okupasional (perawatan diri, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang), sehingga pasien mampu meningkatkan kemandirian fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan dapat berpartisipasi di masyarakat.

Okupasi terapis adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan profesional okupasi terapi dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Lulusan jurusan okupasi terapi dipersiapkan untuk bekerja di rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, rumah sakit jiwa, rumah sakit militer, pusat rehabilitasi fisik, pusat rehabilitasi mental, klinik, perusahaan, sekolah dengan kebutuhan khusus, dan praktek mandiri.

“Saat ini kondisinya okupasi terapis dan terapis wicara di Indonesia masih kurang,” kata Dante dalam keterangan resmi saat mengunjungi Poltekkes Surakarta, Selasa (13/12).

“Saya lihat sebaran kita untuk okupasi terapis dan terapis wicara masih sedikit. Ini sangat dibutuhkan di antaranya untuk rumah sakit, klinik, termasuk untuk sekolah inklusi,” tambahnya.

Dante mengatakan Poltekkes harus melakukan pemetaan dan penambahan kuota okupasi terapi dan terapi wicara.
Penambahan okupasi terapis dan terapis wicara ini harus diiringi dengan penambahan dosen. Ia menyadari pengembangan okupasi terapi dan terapi wicara ini tidak mudah.

Terapi okupasi umumnya dibutuhkan oleh orang yang mengalami gangguan mental dan fisik sejak lahir. Orang yang secara tiba-tiba mengalami kondisi kesehatan serius, seperti stroke, cedera otak, maupun serangan jantung. Dan orang yang menjalani pemulihan setelah mengalami cedera.

Editor : Bintang Pradewo

Reporter : Marieska Harya Virdhani

Sumber: www.jawapos.com