JawaPos.com – Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat pada segala usia. Salah satunya, penyakit ini juga dapat menyerang anak-anak. Gejala awal biasanya sesak napas dan batuk.
Menurut penelitian, beberapa jenis kuman seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, serta virus pernapasan seperti virus penyebab pilek, flu, dan Covid-19 banyak ditemukan pada orang dewasa atau lansia berusia 65 tahun ke atas dengan pneumonia seperti laporan Healthline.
Dalam rangka Hari Pneumonia Sedunia atau World Pneumonia Day, Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Raden Rara Diah Handayani, Sp.P(K) menjelaskan pneumonia merupakan penyakit yang menyerang paru-paru manusia. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, dan jamur.
Pneumonia mengakibatkan kantung udara dalam paru-paru (alveoli) dipenuhi cairan atau nanah sehingga membuat penderitanya sulit bernapas.
Penyebab Pneumonia
Penyebab utama penumonia adalah bakteri S. Penumonia, 20-25 persen kasus penumonia disebabkan oleh bakteri tersebut. Penyebaran penyakit ini melalui cairan saat penderita batuk atau bersin dan dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang dapat terkena penyakit pneumonia. Seperti, memiliki riwayat penyakit kronik antara lain PPOK, asma, gagal jantung, serta kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi mukus dari mulut dan hidung.
Riwayat lainnya yaitu penyakit yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. Selain itu penyebab lain pneumonia adalah gaya hidup seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan bekerja di tempat-tempat yang mudah terpapar asap, gas, dan bahan kimia berbahaya.
“Setiap orang memiliki risiko terkena pneumonia, dan risiko tersebut meningkat pada bayi di bawah 2 tahun dan lansia di atas 65 tahun. Sehingga pada kelompok tersebut harus dipikirkan bagaimana antisipiasinya, yaitu salah satunya dengan melakukan vaksinasi pneumonia,” jelasnya secara virtual, Jumat (11/12).
Gejalanya
Tanda dan gejala pneumonia dapat berpengaruh ke organ lainnya di seluruh tubuh ataupun hanya dirasakan di satu organ saja. Misalnya sesak napas, batuk, dahak bisa berwarna kehijauan, demam, berkeringat dan menggigil, hilang nafsu makan, nyeri dada, serta nafas cepat dan pendek.
Tatalaksana dan Pencegahan
Dignosis pneumonia bisa dilakukan dari tanda gejala yang timbul tersebut, serta dapat juga dilakukan pemeriksaan fisik seperti foto toraks atau CT scan, kondisi dahak, pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan pleura dan bronkoskopi. Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan vaksinasi, menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), menutup mulut dan hidung saat batuk, dan tidak merokok serta membatasi kontak dengan asap rokok.
“Vaksinasi cara terbaik melindungi diri dari penyakit pneumonia pneumokokus. Vaksin pneumokokus membantu melindungi lebih dari 90 jenis bakteri pneumokokus, sehingga dianjurkan untuk lansia dengan usia di atas 65 tahun agar melakukan vaksinasi,” ungkapnya.
Pengobatan
Dalam pengobatannya untuk memilih antiobiotik harus bijak. Apabila pneumonia disebabkan oleh bakteri, akan diberikan antibiotik. Apabila disebabkan oleh virus, diberikan antivirus.
Dokter Diah mengatakan, apabila seseorang terkena Covid-19 jangan minta antibiotik, begitu juga jika seseorang menderita pneumoni karena bakteri, jangan minta antivirus. Selain itu, harus diperhatikan juga terkait penggunaan berlebih, penggunaan yang berlebih tidak berarti lebih baik.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Sumber: www.jawapos.com