Kenali Gejalanya, Usia Produktif juga Mulai Diserang Demensia

JawaPos.com – Demensia selama ini akrab sebagai gangguan kesehatan yang dialami orang lanjut usia (lansia). Tapi jangan salah, baru-baru ini gejala demensia juga banyak ditemukan pada pasien usia produktif. Masyarakat perlu mengenali gejalanya, supaya bisa melakukan penanganan sejak dini.

Dokter Spesialis Saraf (Neurologis) Laura P. Susila Tambunan dari Siloam Hospital Mampang Jakarta menjelaskan bahwa demensia adalah kondisi yang menggambarkan serangkaian gejala. Mulai dari kehilangan memori, kesulitan berpikir, dan pemecahan masalah bahkan bahasa.

Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer, stroke, ataupun penyakit lainnya. Dia menegaskan bahwa demensia bukanlah penyakit spesifik.

Tetapi merupakan sekelompok kondisi atau ‘sindrom’ gabungan sejumlah gejala dengan penurunan fungsi kognisi otak. “Secara detail, demensia bukanlah penyakit namun merupakan kondisi penurunan fungsi kognisi,” katanya Selasa (22/11).

Penurunan fungsi kognisi itu diantaranya adalah hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat. Kemudian hilangnya pola berpikir dan akan menggangu aktifitas penderita.

Gejala utama penderita demensia diketahui melalui penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku. Kemudian alur komunikasi yang dapat semakin memburuk seiring waktu.

Dokter Laura mengatakan, angka kejadian demensia paling sering terjadi pada usia 65 tahun ke atas. “Namun saat ini telah banyak ditemukan kasus demensia pada usia produktif 40-50 tahun. Bahkan telah dilaporkan kasus demensia pada usia 20 tahun,” katanya.

Laura menjelaskan kasus demensia pada usia produktif itu dikenal dengan Young Onset Dementia atau Early Onset Dementia.

Dalam sesi Bincang Sehat secara virtual dia menyampaikan, dari banyak tipe Demensia, data menunjukkan yang paling sering ditemukan adalah Demensia Alzheimer, yang berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di organ otak. Lalu diikuti oleh Demensia Vaskular yang diakibatkan oleh gangguan pada pembuluh darah otak seperti stroke.

Untuk menghindari dari demensia, masyarakat perlu memahami risiko pemicunya. Diantaranya adalah pola makan tidak sehat dan jarang berolah raga.

Faktor risiko lainnya juga bisa karena merokok dan kecanduan alkohol. Sejumlah penyakit, seperti depresi, hipertensi, obesitas, diabetes, bahkan sleep apnea juga bisa jadi risiko kasus demensia.

Laira lantas menjelaskan penanganan demensia. Dia menuturkan screening dan deteksi dini sangat penting.

Karena tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia. Apabila sudah di tahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Hilmi Setiawan

Sumber: www.jawapos.com