JawaPos.com – Kabar sedih datang dari Diva Pop dunia Celine Dion. Baru-baru ini ia mengaku mengalami penyakit saraf langka bernama Stiff Person Syndrome. Kondisi itu ternyata tak dapat disembuhkan tetapi dapat diobati.
Dilansir dari Ottawa Sun, Kamis (15/12), Ahli Saraf Ottawa dr. Elizabeth Pringle mengatakan sindrom itu dapat diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan. Ia langsung tahu apa artinya bagi karir pertunjukan Celine Dion saat ia didiagnosa penyakit itu.
Pringle punya pengalaman dalam merawat pasien dengan gangguan neurologis yang sangat langka tersebut dan telah melihat kehancuran yang dapat ditimbulkan penyakit itu pada hidup mereka.
“Ketika saya pertama kali membaca berita, saya berpikir, itu buruk. Ini bukan hal yang baik untuk dimiliki seseorang yang memiliki karier seperti Celine Dion,” ujarnya.
Dampak Stiff Person Syndrome
Menurutnya penyakit itu tidak hanya berdampak parah pada kemampuan seseorang untuk bergerak, tetapi suara dan stres. Semuanya dapat memicu kejang otot yang menyakitkan.
Penyanyi pop kelahiran Quebec, Celine Dion membenarkan bahwa ia sering mengalami kejang. Hal itu termasuk otot kaku di tubuh, lengan dan kaki. Pasien juga memiliki kepekaan yang tinggi terhadap suara, kesusahan dan sentuhan.
“Sindrom ini bisa sulit didiagnosis dan mekanismenya tidak sepenuhnya dipahami,” kata Pringle.
Diperkirakan bahwa sistem kekebalan pada orang dengan penyakit ini secara keliru menyerang enzim yang berperan dalam memproduksi neurotransmitter vital yang disebut asam gamma-aminobutirat (GABA). Sindrom ini mengurangi jumlah GABA dalam tubuh, menyebabkan gejala yang menyakitkan dan melemahkan.
“Memang sering terjadi pada usia paruh baya, dan sering terjadi pada perempuan daripada pria,” kata Pringle.
Dampak penyakit pada otot seseorang dapat menyebabkan kondisi yang sulit bagi pasien. Penyakit ini seringkali menyebabkan kecemasan yang parah saat berjalan dan jatuh.
Tak Ada Obatnya
Ia memastikan penyakit tersebut tak dapat disembuhkan. Penyakit itu tidak ada obat definitif atau pastinya.
“Dapat ditangani dengan terapi oral, termasuk benzodiazepin dosis tinggi, seperti Valium,” kata Pringle.
Perawatan seperti Botox dan ultrasound juga digunakan untuk mengelola gejala. “Ini adalah penyakit yang bisa diobati, tapi tidak bisa disembuhkan,” kata Pringle.
Sejumlah terapi transplantasi sel punca diklaim telah berhasil membuat beberapa pasien sembuh. Di beberapa pusat yang melakukan prosedur transplantasi sel punca memiliki tingkat keberhasilan sekitar 50-50.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Sumber: www.jawapos.com