JawaPos.com – Detak jantung tak beraturan atau tak normal, disebut dalam istilah medis sebagai aritmia. Kondisi gangguan irama jantung ini dapat memicu penyakit lainnya. Seringkali gangguan aritmia ini tidak disadari oleh pasien dan dapat berakibat fatal yang dapat mengakibatkan penyakit jantung seperti tekanan darah tinggi, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner atau bahkan gagal jantung.
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional, masyarakat Indonesia diajak semakin sadar pentingnya kesehatan jantung dan pembuluh darah. Salah satunya memulai dengan gaya hidup sehat dan aktif agar jantung lebih sehat.
“Penting untuk mencegah kardiovaskular dan menuju masyakarat Indonesia yang lebih sehat,” ujar Wakil Presiden Direktur Siloam, Caroline Riady dalam seminar Advances Clinical in Cardiology baru-baru ini.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Siloam Hospitals Dr. dr. Antonia Anna Lukito, SpJP (K) mengatakan detak jantung atau kelistrikan pada jantung dapat diukur dengan irama jantung. Umumnya, irama jantung dapat dibedakan menjadi irama normal dan irama abnormal.
“Salah satu kondisi irama jantung yang abnormal adalah aritmia,” jelas dr. Antonia Anna Lukito.
Pemicu Gagal Jantung
Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang berupa detak jantung yang tidak normal, tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Kondisi ini terjadi saat impuls listrik di jantung tidak bekerja dengan baik.
Kondisi ini membuat kerja jantung menjadi tidak efektif sehingga dapat mengubah struktur jantung dan akhirnya menimbulkan gagal jantung.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Siloam Hospitals dr. Leonardo Paskah Suciadi, SpJP, FIHA, FESC, mengatakan, sekitar 10-15 persen penderita gagal jantung tergolong sebagai stadium lanjut yang ditandai dengan gejala persisten terapi standar obat-obatan tidak responsif atau tidak dapat ditolerir. Kondisi ini, lanjutnya, berkaitan dengan angka kematian yang tinggi yaitu sekitar 70-80 persen dalam 1 tahun.
Pengobatan
Pilihan terapi untuk gagal jantung meliputi transplantasi jantung atau implan pompa jantung artifisial (left ventricular assist device/LVAD). Menurut dr. Leonardo dengan LVAD, angka keberlangsungan hidup penderita gagal jantung lanjut dapat mencapai 58 persen dalam 5 tahun, setara dengan angka keberlangsungan hidup pasca-transplantasi jantung yaitu sekitar 65 persen dalam 5 tahun.
“Penderita gagal jantung lanjut yang ditopang LVAD memiliki rata-rata harapan hidup hingga 5-6 tahun, dan tentunya dengan kualitas hidup lebih baik pada karenakan terbebas dari gejala gagal jantung yang selama ini tidak teratasi. Hal ini akan memungkinkan penderita dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari skala ringan secara mandiri,” katanya.
Salah satu tindakan yang dapat membantu pasien yang mengalami aritmia adalah dengan menggunakan alat pacu jantung. Alat ini, tambah dia, dapat membantu pasien aritmia dengan irama jantung yang lambat untuk dapat aktif kembali.
“Teknologi alat pacu jantung telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesatnya, sehingga dapat menghindari ketidak-nyamanan pasca-pemasangan alat pacu jantung, dan makin bermanfaat untuk kualitas hidup jangka panjang dari penderira aritmia,” kata dia.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Sumber: www.jawapos.com