Angka Pasien Jantung dan Stroke Tinggi, Dokter Spesialis Masih Kurang

JawaPos.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan tiga penyakit yang selalu menjadi ‘juara’ dalam membebani Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena jumlah penderitanya kian meningkat akibat gaya hidup. Ketiganya adalah jantung, stroke, dan kanker. Akan tetapi jumlah dokter spesialis yang menangani penyakit tersebut masih kurang.

Menkes Budi mengatakan akan memenuhi kebutuhan dokter spesialis di setiap rumah sakit umum daerah (RSUD). Hal itu disampaikan saat kunjungan kerja ke RSUD Dr. Moewardi, Solo, Sabtu (10/12).

“Jadi rumah sakit umum daerah pasti akan aku isi, fasilitasnya aku isi, dan SDM-nya aku kasi beasiswa, beasiswanya bisa fellowship,” ujar Menkes Budi dalam keterangan resmi Kemenkes, Minggu(11/12).

Hal itu dilakukan untuk mengejar kekurangan dokter spesialis dan menambah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan spesialis. Apalagi sisa waktunya sebagai Menkes tinggal satu tahunan.

“Supaya lebih cepat karena waktu saya (sebagai Menkes) tinggal 1 tahun 11 bulan,” ungkapnya.

Menurutnya, pemenuhan dokter spesialis dan fasilitas penunjang dilakukan dalam rangka transformasi sistem kesehatan Indonesia. Ia mengatakan, dokter spesialis yang menjadi prioritas pemenuhan di RSUD adalah spesialis penyakit yang menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

“Dokter spesialis tersebut antara lain spesialis onkologi untuk penyakit kanker, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis neurologi untuk penyakit stroke, serta spesialis nefrologi untuk penyakit ginjal,” katanya.

Menkes Budi menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan. Ia telah menetapkan ada 6 jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.
Transformasi ini akan dimulai dengan tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.

“Sebagai contoh untuk penyakit jantung, masalahnya tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung,” jelasnya.

Data saat ini dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring hanya 28 provinsi. Kalau pasien tidak bisa dipasang ring maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka. Ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi hanya 22 provinsi yang bisa.

“Targetnya rumah sakit di seluruh provinsi pada 2024, harus bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Akses layanan dan standar layanan tertentu untuk jantung, stroke, dan kanker harus rata tersedia di seluruh provinsi,” tuturnya.

Pasalnya, kata dia, jumlah dokter standarnya 1 per 1.000 penduduk. Sementara kebutuhan di Indonesia masih belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata.

“Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi, ini harus dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis,” tutupnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Marieska Harya Virdhani

Sumber: www.jawapos.com