JawaPos.com – Seseorang dapat terkena Covid-19 berulang. Sejumlah penelitian menyebutkan hasil yang berbeda. Di AS, penelitian menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya berisiko lebih tinggi mengalami kegagalan organ dan kematian. Namun ahli di Singapura justru mempertanyakan hal itu dan mengungkapkan sebaliknya
“Tertular infeksi Covid-19 kedua tidak lebih berbahaya,” kata pakar Singapura membantah studi AS
“Kesimpulan yang berlebihan,” kata para ahli seperti dilansir dari Straits Times, Selasa (15/11).
Sebelumnya, studi retrospektif oleh Fakultas Kedokteran Universitas Washington dan Urusan Veteran (VA) St Louis Health Care System di AS mengamati hampir 41 ribu pasien VA yang memiliki dua kali atau lebih infeksi yang terdokumentasi dan 444 ribu ang terinfeksi untuk pertama kalinya, dari total pasien populasi 5,8 juta. Menggunakan pemodelan statistik, para peneliti menyimpulkan bahwa pasien dengan infeksi ulang dua kali lebih mungkin meninggal dan tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit daripada mereka yang terinfeksi untuk pertama kali.
Menanggapi hal di atas, seorang ahli penyakit menular yang baru muncul di Duke-NUS Medical School di Singapura, Profesor Ooi Eng Eong, mengatakan dia terkejut dengan bagaimana penelitian itu lolos dari tinjauan sejawat dan diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine minggu lalu. Studi tersebut mengatakan mereka yang terinfeksi ulang 3,5 kali lebih mungkin mengalami masalah paru-paru dan tiga kali lebih mungkin menderita penyakit jantung.
“Penelitian tersebut memberikan sangat sedikit informasi tentang penyakit kronis apa yang dimiliki oleh kasus infeksi ulang,” jelas Ooi.
Setuju dengannya, ahli lainnya Profesor Paul Tambyah, seorang konsultan penyakit menular senior di National University Hospital (NUH) mengatakan penelitian tersebut harus dipertanyakan. Kelompok yang terinfeksi ulang dan yang pertama kali terinfeksi sangat berbeda. “Sulit untuk menginterpretasikan data dan tidak mungkin menarik kesimpulan yang berarti untuk populasi mana pun di luar penelitian itu,” katanya.
Dia menambahkan bahwa pengalaman Singapura berbeda. Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan pada Oktober bahwa dengan gelombang XBB, tingkat infeksi ulang di sini mencapai 18 persen.
Faktanya
Direktur klinis di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular, dr Shawn Vasoo, mengatakan data lokal dari Oktober 2022 hingga pertengahan November 2022 tidak menunjukkan hasil klinis yang memburuk pada infeksi ulang dibandingkan dengan infeksi pertama kali. Persentase orang yang menderita penyakit parah dan membutuhkan oksigen, dalam perawatan intensif atau sekarat adalah 0,2 persen untuk pasien yang sebelumnya terinfeksi dan 0,3 persen untuk mereka yang terkena infeksi untuk pertama kali.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Sumber: www.jawapos.com