4 dari 10 Remaja Alami Anemia, Ketahui Cara Mencegahnya

4 dari 10 Remaja Alami Anemia, Ketahui Cara Mencegahnya

JawaPos.com – Salah satu upaya untuk melahirkan generasi yang cerdas dan sehat adalah dimulai dari seribu hari pertama kehidupan yakni saat janin masih di dalam kandungan. Anemia atau dikenal dengan kurang darah ternyata menjadi salah satu pemicu bayi lahir stunting atau bertumbuh pendek. Dan kondisi anemia dapat dialami perempuan sejak remaja.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa intervensi spesifik yang dilakukan sebelum dan saat kehamilan merupakan agenda prioritas pemerintah untuk mencegah stunting pada anak. Cara ini, lanjutnya, jauh lebih efektif dibandingkan penanganan setelah bayi lahir.

“Kalau dari sisi kesehatan, prioritas paling tinggi untuk pencegahan stunting itu ibunya dulu yang harus diperhatikan. Caranya ada dua, sebelum menikah dan saat kehamilan,” kata Budi dalam keterangan resmi, Kamis (15/12).

Ia menjelaskan bahwa program intervensi spesifik sebelum menikah harus dilakukan sejak masa remaja. Karenanya, kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini, sehingga prediksi Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2045 mendatang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, terhindar dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya anemia.

Apa itu anemia?

Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas dan produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan penyakit pada saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah gizi.

Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.

 

Upaya Mencegah dan Mengatasi Anemia

 

Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik salah satunya dengan menyelenggarakan Aksi Bergizi Nasional. Salah satu intervensinya adalah menggencarkan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri di sekolah maupun Puskesmas.

“Remaja puteri ini jangan sampai anemia, karena kalau anemia berisiko tinggi melahirkan bayi stunting. Semua remaja puteri kelas 7-9 harus diukur zat besinya, kalau HB dibawah 12 diberikan tablet tambah darah (TTD) untuk memenuhi zat besi dan asam folat,” ujar Budi.

Selain rutin konsumsi TTD, ia juga menyarankan para remaja putri rutin melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin setidaknya 6 bulan atau 1 tahun sekali. Pemeriksaan bisa dilakukan secara gratis di Puskesmas.

“Untuk remaja puteri, supaya hidupnya sehat, anaknya nanti tidak stunting, tes darah minimal satu tahun sekali. Kalau angkanya dibawah 12 harus minum TTD, kalau HB sudah diatas 13, jaga kesehatannya, makannya yang cukup dan rutin aktivitas fisik,” jelasnya.

Kemudian, intervensi pada ibu hamil dilakukan dengan mencukupi kebutuhan gizi, pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan. Untuk mengetahui ibu hamil kekurangan gizi atau tidak, selama masa kehamilan disarankan rutin melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) sebanyak 6 kali dan pemeriksaan USG setiap bulan.

“Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan ANC minimal 6 kali, tujuannya untuk mengetahui berat dan tinggi bayi apakah kekurangan atau kelebihan,” tuturnya.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Marieska Harya Virdhani

Sumber: www.jawapos.com