1 dari 8 Orang Alami Gangguan Jiwa, Frustasi dan Depresi Bisa Diobati

JawaPos.com – Selain fisik, kesehatan mental juga penting. Jiwa yang tidak sehat, dapat berujung frustasi atau depresi. Ternyata data menunjukkan gangguan kecemasan dan gangguan depresi adalah yang paling umum pada pria dan perempuan.

Laporan WHO 2022 menyatakan sekitar 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan jiwa. Bunuh diri memengaruhi orang-orang dan keluarga mereka di semua negara sesuai konteksnya, dan pada semua usia.

“Depresi itu seperti samudera dan lautan biru yang sangat luas, semakin dalam kita masuki akan semakin gelap, dan semakin dekat ke permukaan akan ada peluang lebih baik untuk bertahan hidup,” kata Devy Yheanne dari Johnson & Johnson Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia dalam keterangan resmi, Minggu (11/12).

“Kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi. Ini adalah kondisi yang dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan. Kampanye #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli,” tambahnya.

Depresi Bisa Dikelola

Psikiater Dr Eva Suryani, Sp.KJ mengatakan bahwa kondisi penderita gangguan kesehatan jiwa, termasuk depresi dapat menjadi lebih buruk. Meski begitu ia menegaskan bahwa depresi dapat dikelola dan diobati oleh tenaga kesehatan profesional.

“Depresi itu seperti samudera biru yang dalam. Orang dengan depresi sering merasa seperti tenggelam di bawah ombak,” jelasnya.

Depresi juga datang pada berbagai tingkat kedalaman; semakin dalam depresinya, semakin gelap warnanya. Orang harus menyadari bahwa memahami kondisi dan gejalanya dapat membantu pasien. Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan depresi.

Prevalensi Penderita

Gangguan depresi memengaruhi 86 juta orang di Asia Tenggara. Penanganan depresi saat ini di Asia baru menyentuh puncak gunung es.

Bahkan, terdapat stigma sosial seputar depresi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masyarakat terus menstigmatisasi (memberikan stigma negatif) orang dengan depresi karena alasan budaya, agama, atau profesional. Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa malu, minder dan merasa tidak diterima.

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional. Lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Marieska Harya Virdhani

Sumber: www.jawapos.com